Rabu, 23 Mei 2018


Wahai sesal yang tak kunjung pergi
Kau terus timbul dalam hari-hari ku yang kian memburuk
Malam-malam ku yang semakin berat oleh hal yang tak berwujud
Bagai jangkar yang kupikul di setiap siang terik
Dimana setiap tetes keringat adalah wujud nyatamu

Ku menengadah ke arah celotehan burung prenjak di ranting-ranting sejuk
Ku buat definisi sederhana dari gugur daun yang terjatuh tepat di pangkuanku
Tuk menghindari rasa sesal terus-menerus
Menyebabkan kecemasan yang tak berhujung

Di setiap dayungan yang tercipta oleh waktu
Membawaku pada pelajaran yang akan ku unduh di tepian jalur yang tunggal
Berlatih tuk memafkan diri sendiri
Ku ubah penyesalan menjadi rasa syukur yang nyata